Dahulu kala di negeri Tirai Bambu, hiduplah seorang
gadis bernama Lili. Ia baru menikah dan tinggal di pondok mertua indah.
Dalam waktu singkat, Lili tahu bahwa ia sangat tidak cocok tinggal serumah
dengan ibu mertuanya.
Perangai mereka sangat bertentangan; mereka tak
pernah berhenti beradu mulut dan bertengkar.
Sampai suatu hari, Lili benar-benar sudah tidak
tahan lagi terhadap sifat dan perlakuan ibu mertuanya.
Lili bertekad untuk melakukan sesuatu. Lili pergi
menemui Sang Guru, yang lihai dalam obat-obatan. Ia
menceritakan situasinya dan minta dibuatkan ramuan
racun untuk mengakhiri hidup sang ibu mertua!
Sang Guru berpikir keras sejenak. Ia melihat bahwa
Lili sudah benar-benar gelap mata. Jika ia tidak
"membantu" Lili, pasti Lili akan
mencari-cari cara lain untuk mewujudkan niatnya.
Akhirnya Sang Guru berkata, "Lili, saya akan
membantumu untuk mengenyahkan ibu mertuamu. Saya akan
memberimu ramuan yang secara perlahan-lahan akan
menjadi racun di dalam tubuh ibu mertuamu. Setiap
hari, sediakan makanan yang enak-enak dan masukkan
sedikit ramuan ini ke dalamnya. Lalu, supaya
tidak ada yang curiga saat ia mati nanti, kamu harus
hati-hati sekali dan bersikap sangat bersahabat
dengannya. Jangan berdebat dengannya, turuti
saja semua kemauannya, dan perlakukan dia seperti
ibumu sendiri."
Lili menerima ramuan tersebut dan pulang untuk
melancarkan aksinya. Setiap hari Lili menyuguhi
mertuanya dengan makanan yang enak-enak, yang sudah
"dibumbuinya". Ia menerapkan baik-baik petunjuk Sang
Guru untuk mencegah kecurigaan, maka ia mulai belajar
mengendalikan amarahnya, tidak menentang kemauan ibu
mertuanya, dan memperlakukannya seperti ibu sendiri.
Setelah beberapa bulan, suasana di rumah itu berubah
sepenuhnya. Lili menjadi mampu mengendalikan amarahnya
sedemikian rupa sehingga ia tidak pernah lagi kesal
dalam meladeni ibu mertuanya.
Sikap ibu mertua terhadap Lili pun berubah dan mulai
mengasihi Lili seperti putrinya sendiri. Ia
menceritakan kepada para kerabat bahwa Lili adalah
menantu yang sangat baik. Lili dan ibu mertuanya
memperlakukan satu sama lain seperti layaknya
ibu dan anak yang sesungguhnya.
Lili memutuskan pergi menjumpai Sang Guru dan
memohon pertolongannya
sekali lagi, "Guru, tolong saya untuk menangkal
racun yang telah saya berikan kepada ibu mertua saya.
Ia telah berubah menjadi mertua yang begitu baik. Saya
mencintainya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak mau
ia mati."
Sang Guru tersenyum sembari berujar, "Lili, yang
saya berikan itu hanyalah ramuan penguat badan untuk
kesehatan beliau. Satu-satunya racun adalah apa
yang terdapat di dalam pikiranmu sendiri, tetapi
racun itu pun kini telah tertangkal habis oleh cinta
kasihmu. Pulanglah."
Ibu, adalah seorang yang mengagumkan.
Orang lain bisa saja mencintaimu,
namun hanya ibulah yang memahamimu.
Ia melahirkanmu,
ia merawatmu,
ia bekerja untukmu,
ia mengasihimu,
ia memaklumimu,
ia memaafkan segala yang kau perbuat.
Satu-satunya "kesalahan" yang ia perbuat,
adalah wafat meninggalkanmu.
Seperti halnya seorang ibu akan melindungi anak
tunggalnya, sekalipun dengan mengorbankan hidupnya
sendiri, demikianlah, seyogianya kita
mengembangkan cinta kasih nirbatas terhadap: segenap
makhluk.